KEBIASAAN aku bertugas sampai larut malam Iri meninggi sehingga tumor hasad separa bulan membulat. Romantika beransur usai ditenggelami kabut. Aroma cempaka kuning menunjal menerobos segenap liang limpa. Dua geraham berlaga berkeriuk lalu tirus rentak diamati. Bebola menghentak parkir seolah manabur amaran kejap.
Dewi bermonolog, namun belum memungkin kefahaman dewata cinta...
Termangu sendiri saban sepertiga malam antara rela dengan tidak. Sepertinya sudah terbiasa tercampak dalam dunia suram tiada berlangit, tiada berdinding, yang tinggal cuma alas dimana kaki tega bertapak. Terkadang pengembaraan ditemani merdu gemercingan kumbang. Terkadang sepi dibontoti hembus malam.
Sepertinya hamba bermimpi dalam mimpi ciptaan sendiri. Hamba menyorot pandang dari celahan dedaun yang menguning. Badannya berbulu halus separuh anggota, mengundang nakal tujahan asmara. Hamba lagi leka dan sengaja berlama-lamaan disitu.
Malang benar, asyik menyinggah hanya sementara. Bauan wangi cempaka terlepas menerjah tanpa izin empunya. Harumannya menarik perhatian deria pria bersayap putih, lalu bertempiaranlah hamba melayang diri. Bauan cempaka di jejaki sang pria. Hamba kepenatan berlari, hamba kelelahan meyorok diri.
Debar didada masih deras berdetak, namun keinginan mendekat masih kuat tersimpul. Sosok pria terlalu indah untuk hamba biar ia lepas dari ingauan.
No comments:
Post a Comment